Subscribe RSS

“Budaya Tionghoa mengajarkan tidak boleh menunggu tahu segalanya untuk membuka bisnis. Orang Tionghoa juga tidak pernah menunggu paham dan tahu semua hal baru ketika memulai berbisnis. Justru bisnis adalah media belajar, dari TIDAK TAHU menjadi TAHU” (Salim Kartono – dari Buku 5 Jurus Sukses Berbisnis Retail)

Kadang kita sudah terlalu terlena dengan apa yang dinamakan pendidikan formal. Kita seringkali lebih bangga dan lebih rela mengeluarkan ongkos yang sangat mahal untuk membeli pendidikan. Pendidikan formal, kursus, workshop dan lainnya memang bagus, sebagai media pendidikan formal, tetapi bukan media pembelajaran yang riil. Harus ada media pembelajaran lanjutan yang harus dipilih dan dibayar.

Memilih Bisnis sebagai Media Belajar, saya yakini juga sebagai suatu hal yang harus dipilih secara sadar dan wajib, bagi siapapun yang ingin menjadi pewirausaha. Jika ini sudah dipilih, berarti segala konsekuensi, termasuk membayar ongkos belajar-nya, alokasi tenaga, pikiran dan waktu, harus dibayarkan tunai.

Kalau di pendidikan formal kita berjuang keras harus lulus, berarti untuk sekolah disini pun kita harus lebih berjuang lagi. Kalau ngga naik kelas atau ngga lulus kita malu, sehingga harus belajar keras, sama halnya juga, seharusnya kalau kita berbisnis untuk belajar, wajib naik kelas dan lulus.

Dari bisnis riil, kita akan belajar secara langsung untuk memilih, lalu mengambil keputusan. Awalnya lambat, akhirnya kita bisa cepat dalam memilih dan mengambil keputusan. Sedangkan pengalaman dan kemahiran dalam menjalankan roda bisnis, akan berjalan dengan sendirinya seiring berjalannya roda bisnis setiap hari.

Jika kita masih bingung mau bisnis apa, saya rasa tidak ada salahnya memilih bisnis apa saja, yang penting kita sudah punya “sekolah bisnis yang riil”, dan kita punya tanggung jawab untuk berjuang untuk lulus.

Category: | 0 Comments

0 comments to “Bisnis Harus Dipilih sebagai Media Belajar”